umum

Batik Tulis Mbois Bunulrejo, Warga Kelurahan Bunulrejo Semangat Membangun Ekosistem Ekonomi Kreatif Melalui Batik Tulis – Pelatihan Peningkatan Mutu dan Standarisasi Produk Industri Kimia oleh Dinas Perindustrian Kota Malang

Kota Malang, 11 November 2019

Batik Tulis Mbois Bunulrejo, Warga Kelurahan Bunulrejo Semangat Membangun Ekosistem Ekonomi Kreatif Melalui Batik Tulis – Pelatihan Peningkatan Mutu dan Standarisasi Produk Industri Kimia oleh Dinas Perindustrian Kota Malang

Semangat Ibu-ibu di kelurahan Bunulrejo untuk membangun batik tulis Bunulrejo, salah satunya acara pelatihan batik tulis dinas Perindustrian dan Perdagangan.

Bagian dari acara Tanggal 23 November 2019 *Bunulrejo Recycling & Batik Night Carnival*

*Mbois kantil*

Mbonol Istimewa Kanti Lestari

Terjemahan bebas:
*Kelurahan Bunulrejo yang memiliki keistimewaan abadi…*

Bunulrejo Mbois Kantil
Mbonol Istimewa

Berikut laporan Pelatihan :
Laporan Pelatihan Pembuatan Batik Tulis hari pertama (12 Nov.2019):

1. Pelatihan dimulai pukul 07.30 dihadiri ibu Lurah Kelurahan Bunulrejo, ibu Jarwoko selaku ketua POKJA 2 Kelurahan Bunulrejo.

2. Dijelaskan asal mula batik tulis di Indonesia oleh owner Soendari Batik. Asal mula batik tulis bukan dari Jawa Tengah, tetapi dari Banten Jawa Barat. Karena populasi masyarakat Banten yang sedikit dan tidak bisa berkembang. Batik tulis kemudian berkembang pesat di wilayah Jawa tengah dan berbagai wilayah Indonesia dengan mengembangkan berbagai tehnik.

3. Pembukaan oleh Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan dengan pesan atau harapan agar pelatihan batik angkatan kedua ini bisa dikenalkan minimal pada keluarganya dulu, jika memungkinkan bisa meluas ke wilayahnya dan diharapkan bisa menjadi sumber ekonomi bagi pengrajin batik.

4. Pembagian canting ukuran nomor 2, kain primissima dengan ukuran kisaran 38×38 cm yang sudah digambari motif dasar berupa plungkeran kecil dan garis dan apron merah sebagai pelindung baju. Dilanjutkan dengan latihan memegang canting dengan sudut 30 derajat, posisi kain di tangan kiri, telapak tangan sebagai alas, sebelum digunakan canting yang sudah diisi malam panas digoreskan pada alas kain atau kertas koran atau plastik agar tidak menetes / bocor di kain. Latihan tersebut juga ditekankan pada pembuatan titik2 (tehnik granit) yang bisa berfungsi sebagai isen atau pinggiran motif.

5. Ishoma

6. Masuk pada materi “Menjiplak / Memindah Gambar ke Kain”

*Peserta dibagikan notebook, alat tulis dan penggaris, kertas pola, kertas pola kosongan, dan kain seukuran selendang (60 x 150 cm)

*Peserta mendengarkan penjelasan dari pemateri (mbak Sita dari batik Soendari) bahwa Batik adalah “proses” membuat menggunakan malam panas dan canting di kain sebagai perintang warna. Tidak semua motif yang mirip batik bisa disebut batik apabila tidak sesuai 3 jenis yaitu : Batik Tulis, Cap, dan Kombinasi keduanya. Motif jumputan bukan batik karena tidak ada proses mencanting/ mengecap maupun keduanya.

*Peserta juga dijelaskan ada ciri khas batik yaitu “isen” / memberi isian pada motif yang telah dibuat, misalnya titik, ukel, cecek 3, cecek 5, cecek 7, dele kecer, beras kutah, kopi.

*Peserta dibagikan mal/pola pembuatan batik tulis untuk selendang.

*Peserta memindah gambar ke kain dimulai dari pinggiran atas bawah, dan dilanjutkan motif utama di bagian tengah.

*Peserta memberi menuliskan nama di kain masing2 lalu kain dikumpulkan untuk dilanjutkan besok di hari kedua.

*Acara ditutup dengan doa dan menjelang pulang peserta dibagikan tas berisi pemanas malam listrik, plastik name tag, malam, pewarna remasol, dan kuas.

* Pelatihan hari kedua besok dimulai pukul 08.00 pagi.

Sekian laporan saya (bu Irfan / Roostiningrum)

redaksi : Hs

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *